Marsigit 2019 Indra Kusuma Wijayanti : Identifikasi Persoalan Pembelajaran Matematika pada Perubahan Kurikulum di Indonesia
Yogyakarta, November
2019
Identifikasi Persoalan Pembelajaran Matematika pada Perubahan
Kurikulum di Indonesia
Oleh: Indra Kusuma Wijayanti
Perkuliahan Filsafat
Ilmu pada 13 November 2019, Bapak Marsigit meminta kami untuk memikirkan
Identifikasi Masalah Pembelajaran Matematika yang sekiranya bisa jadi cikal
bakal judul Thesis kami. Namun, kali ini saya menulis tidak untuk thesis. Nah,
di blog ini saya hanya akan menuliskan garis besarnya saja.
Marsigit
(2015) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran matematika terdapat 2 aspek yaitu
teori dan praktek. Secara teori, pembelajaran matematika itu ibarat garis lurus
yang terus berjalan maju dan tak pernah berjalan mundur. Sedangkan dalam
prakteknya pembelajaran matematika adalah sebuah lingkaran spiral yang
menggambarkan bahwa materi dalam pembelajaran matematika saling terkait satu
sama lain dan tidak pernah terputus. Untuk mengorganisir kedua aspek tersebut
dalam pembelajaran matematika maka diperlukan rancangan pendidikan yang baik,
dalam hal ini kita sebut kurikulum.
Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan
secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang
kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini,
Sukmadinata (2004) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan
kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4)
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada penulisan kali ini, penulis akan berfokus
kepada landasan filsafat kurikulum di Indonesia.
Landasan filsafat, yaitu asumsi asumsi
tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat
nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Menurut
Marsigit (2015) filsafat merupakan refleksi, sehingga filsafat pendidikan
matematika merupakan refleksi terhadap pendidikan matematika secara
keseluruhan, berkaitan dengan struktur dan kegunaannya serta menyelidiki
hakekat pelaksanaan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan tujuan dan
metodenya. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah
pentingnya rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam,
analisis, logis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan
kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis), terlebih
kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.
Dalam
perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006 dan kurikulum 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan kurikulum tersebut tentu
disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap
perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan
pendidikan nasional kita.
Pengembangan
Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Adapun orientasi
pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara
sikap, keterampilan dan pengetahuan disamping cara pembelajarannya yang
holistik dan menyenangkan.
Kurikulum
2013 pada hakikatnya merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya. Elemen
Perubahan pada Mata Pelajaran Matematika sebagai berikut.
a. Mulai dari pengamatan permasalahan konkret,
kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan. Pembelajaran
seperti ini didasari oleh filsafat pendidikan matematika yaitu realistik. Bahwa
permasalahan yang didiskusikan di kelas merupakan permasalahan yang konkret dan
kemudian diubah ke matematika formal.
b. Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan
yang diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan rumus-rumus dan
pengertian dasar (tidak hanya bisa menggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya). Disini
ditekankan mengenai kebermaknaan pembelajaran. Bahwa pembelajaran akan terasa
lebih bermakna bagi siswa, jika siswa tersebut dapat membuktikan dan
menggunakan rumus oleh dirinya sendiri tidak hanya diajarkan oleh gurunya. Artinya,
pembelajaran sudah bersifat empiristik.
c. Perimbangan antara matematika dengan angka
dan tanpa angka (gambar, grafik, pola, dsb). Pada kurikulum KTSP, permasalahan
matematika cenderung diasosiasikan dengan (direduksi menjadi) angka. Sementara
pada kurikulum 2013, siswa diberi permasalahan matematika yang lebih beragam,
bisa berupa gambar, grafik,pola, dll.
d. Dirancang supaya siswa harus
berfikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan. Siswa dituntut
aktif dalam pembelajaran.
Pengkajian terhadap kurikulum 2013 cenderung mengarah pada
absolutis atau Falibilist didasarkan pada penataaan standar
isi berkaitan dengan penguatan materi yang meliputi mengeliminasi
materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi siswa, mempertahankan materi
yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan menambahkan materi yang dianggap
penting (Mulyasa, 2015). Ketika fokus permasalahan pada standar isi, maka
kita akan meninjau pada substansi materi yang ada pada buku kurikulum 2013.
Kita akan menggali salah satu substansi materi yang termuat pada buku tersebut.
Dalam peninjauan ini ada dua aspek yang peninjauannya yaitu melihat dari buku
guru dan buku siswa.
Di sisi lain kita perlu mengkaji muatan kompetensi dasar dan
pengalaman belajar yang ada pada kurikulum 2013, maka dalam hal ini penulis
mengambil suatu muatan yang ada pada buku matematika kurikulum 2013. Salah satu
muatan yang akan ditinjau adalah pada pembelajaran pada Barisan dan Deret tak
hingga.
Kompetensi Dasar
|
Pengalaman
Belajar
|
1. Memiliki motivasi internal, kemampuan
bekerjasama, konsisten, disiplin, rasa percaya diri, dan sikap toleransi
dalam perbedaaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah
2. Mendeskripsikan konsep barisan dan deret tak
hingga sebagai fungsi dengan daerah asal himpunan bilangan asli
3. Menerapkan konsep barisan dan deret tak
hingga dalam penyelesaian masalah
|
Melalui
pembelajaran materi barisan dan deret aritmatika, siswa memperoleh pengalam
belajar yaitu 1) menemukan konsep dan pola barisan dan deret melalui
pemecahan masalah otentik 2) berkolaborasi dalam memecahkan
masalah aktual dengan pola interaksi sosial kultur 3) berpikir tingkat tinggi
(kritis dan kreatif) dalam menyelidiki dan mengaplikasikan konsep dan pola
barisan dan deret tak hingga dalam memecahkan masalah otentik.
|
(Kemdikbud, 2014)
Peta Konsep
Menganalisis kompetensi dasar dan pengalaman belajar yang
dirancang pada kurikulum 2013, ada kecenderungan bahwa kurikulum kita lebih
cenderung mengarah ke paham Fallibilist. Di mana dalam hal ini ketika melihat
tabel di atas maka terlihat bahwa dalam rancangan tersebut sangat
memungkinkan siswa untuk berpikir kritis , kreatif. Ketika paham falibilis
mengatakan bahwa Pembelajaran perlu melibatkan suatu investigasi, penemuan,
bermain, bekerja kelompok dan eksplorasi, hal ini juga sejalan dengan paparan
di atas tentang deskripsi pengalaman belajar, di mana siswa nantinya akan
berkolaborasi dalam kelompok ,melakukan interaksi sosial dalam memecahkan
masalah aktual.
Dari
elemen-elemen perubahan tersebut, kita dapat simpulkan pada hakikatnya
pengembangan kurikulum 2013 didasari oleh pandangan falibilist. Pandangan
falibilist merupakan salah satu pandangan dalam matematika, dimana falibilist
beranggapan bahwa matematika terbuka untuk revisi (perbaikan). Bahwa kebenaran
matematika belum tentu mutlak. Pada kurikulum 2013, siswa berperan aktif dalam
pembelajaran. Jika pada kurikulum sebelumnya, guru cenderung memberi tahu siswa
tentang segala sesuatunya, maka pada kurikulum 2013 siswa diberi kesempatan
mencari tahu sendiri tentang konsep, rumus dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan materi pembelajaran. Mencari tahu tentang kebenaran-kebenaran dalam
pembelajaran juga merupakan penerapan paham falibilis.
Jika
dilihat dari filosofi pendidikan matematika, dapat dikatakan bahwa kurikulum
2013 sesuai dengan paham empiristik dan realistik. Paham empiristik menekankan
kebermaknaan dalam pendidikan matematika. Sebelumnya telah disebutkan bahwa
dalam kurikulum 2013, siswa menemukan sendiri rumus dan dapat menggunakannya
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga pembelajaran lebih terasa
bermakna. Paham realistik menekankan tentang mengkonstruksi matematika formal
yang bermula dari permasalahan yang konkret (nyata). Hal ini sesuai dengan
kurikulum 2013 dimana pembelajaran bermula dari permasalahan yang kongkret
kemudian diabstraksi menjadi matematika formal.
Referensi
Depdiknas. 2002. Kegiatan
Belajar Mengajar Kurikulum Berbasis Komoetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
Kemdikbud. (2014). Matematika
SMA/MA/SMK/MAK kelas XI Semester 1. Jakarta: Balitbang, Kemdikbud.
Marsigit. 2015. Filsafat Matematika dan
Praktis Pendidikan Matematika. Yogyakarta: UNY Press
Mulyasa, H. (2015). Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan
Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Sukmadinata, Nana (2014). Pengembangan
Kurikulum; Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rekomendasi bacaan jika ingin
memahami filsafat ilmu bisa diakses dalam blog Bapak Marsigit di
powermathematics.blogspot.com
Bapak Marsigit memang membudayakan
agar kita senantiasa ringan berbagi, melalui tulisan yang Bapak Marsigit
bagikan itu salah satu contohnya
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus